Kontributor : Fajar Ahmad Wahyudin
Makassar, kananews.net – Rabu, 20 November 2024 kemarin, matahari pagi menyelinap lembut di halaman SMPIT Darul Fikri Makassar, mengiringi langkah-langkah siswa dan guru yang antusias menyambut Hari Guru Nasional. Namun, pagi itu bukan hanya soal perayaan—sekolah ini memilih jalan penuh makna, menyuarakan tema besar: “Bully Free Zone: Sekolah Kita Rumah Kita.”
Di aula STIE Amkop yang hangat oleh semangat kebersamaan, Ayahanda Hartono, ST, selaku Ketua Yayasan SIT Darul Fikri, membuka seminar dengan suara lantang penuh empati.
“Sekolah harus menjadi rumah kedua, tempat di mana siswa merasa aman untuk menjadi diri mereka sendiri,” ucapnya, seraya menekankan bahwa bullying adalah cermin kegagalan lingkungan mendidik.
Mengurai Luka Bullying, Membangun Zona Aman
Seminar ini menghadirkan barisan pemateri yang tak hanya kompeten, tetapi juga memahami psikologi anak dan remaja. Ulwiyatul Hidayat, M.Psi., Psikolog, dengan penuh kehangatan menjelaskan bagaimana bullying bisa merusak jiwa seseorang sejak dini.
“Bullying bukan hanya tentang fisik, tetapi juga tentang luka yang tak kasat mata. Trauma ini dapat menghantui korban seumur hidup,” katanya, dengan nada yang memecah hening di ruangan itu.
Dukungan pun hadir dari Polda Sulsel, melalui tim psikoedukasi dari Biro Sumber Daya Manusia Polda Sulsel, yang dipimpin oleh Kompol Muliati, S.I.K., S.Psi., M.M., Kepala Subbagian Psikologi Politik (Kasubbagsipol) Bagian Psikologi. Bersamanya hadir Iptu Andi Nining Srihastuti, S.E., M.M., serta anggota lainnya, yaitu Briptu Muh. Rabiul Makmur dan Bripda Awalia Rezkita Lukman. Dengan gaya yang interaktif, mereka memaparkan strategi pencegahan bullying yang mengintegrasikan peran sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Dalam sesi interaktif, Kompol Muliati memaparkan strategi pencegahan bullying, menekankan pentingnya komunikasi efektif antara guru, siswa, dan orang tua. “Pencegahan dimulai dari membangun empati. Ketika anak-anak diajarkan untuk saling menghormati dan peduli, budaya bullying bisa diberantas,” ujarnya.
Iptu Andi Nining menambahkan, “Bullying adalah ancaman nyata yang memerlukan tindakan tegas dan kolaborasi dari berbagai pihak. Kami di kepolisian siap mendukung upaya menciptakan lingkungan sekolah yang aman bagi generasi muda.”
Ketua Komite SMPIT Darul Fikri Makassar, Dr. Asbi Amin, S.E., M.Ak., CAP., turut memberikan sambutan. Dalam sambutannya, Dr. Asbi turut menegaskan pentingnya peran guru, orang tua, dan siswa dalam mengatasi masalah bullying.
“Bullying adalah ancaman nyata bagi perkembangan anak-anak kita. Namun, melalui kolaborasi yang erat antara guru, orang tua, dan masyarakat, kita dapat menciptakan budaya sekolah yang menghargai keberagaman, saling menghormati, dan penuh kasih sayang,” ungkapnya
Apresiasi untuk Guru : Pilar yang Tak Tergantikan :
Hari itu bukan hanya tentang siswa. Para guru—sosok yang menjadi fondasi pendidikan—diberi penghargaan khusus. Kepala Sekolah, Ibu Puji Lestari, S.Pd., Gr., dengan suara yang bergetar haru menyampaikan rasa terima kasih mendalam kepada para pendidik.
“Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga pembimbing dan inspirator. Kami ingin menunjukkan bahwa kerja keras mereka dihargai,” katanya. Di tengah tepuk tangan meriah, para guru menerima hadiah sederhana sebagai simbol cinta dan apresiasi.
Menutup dengan Harapan :
Sore itu, ketika seminar usai, siswa, guru, dan orang tua duduk bersama, berbagi cerita tentang perjuangan melawan bullying dan kenangan manis di sekolah. Ada tawa, ada haru, dan ada keyakinan bahwa mimpi untuk menjadikan SMPIT Darul Fikri sebagai rumah kedua akan terus diperjuangkan.
Langit Makassar yang mulai meredup menyimpan janji. Di sekolah ini, mereka bertekad menjadikan setiap ruang dan waktu sebagai tempat tumbuhnya generasi yang menghargai sesama. Sebuah perjalanan menuju sekolah yang benar-benar bebas dari bullying, di mana setiap anak merasa dicintai, dihargai, dan dilindungi. (*)