Makassar, kananews.net – Afifah Aidah Hartono salah satu Siswi kelas IX di Yayasan Pembinaan Tunanetra Indonesia kembali mengharumkan nama sekolah di kancah nasional dengan mengikuti lomba Pekan Tilawatil Qur’an yang diadakan oleh Radio Republik Indonesia (RRI) secara nasional yang berlokasi di pondok pesantren sunan Pandanaran kabupaten Sleman Yogyakarta pada Ahad, (24/3/2024) kemarin.
Diketahui Afifah Aidah Hartono sebelum mengikuti Pekan Tilawatil Qur’an dia sudah mengukir prestasi ditingkat nasional dengan mengikuti lomba menyanyi yang diadakan oleh FLS2N.
Saat dihubungi oleh kananews.net Afifah menuturkan di YAPTI Kami para siswa-siswi diajarkan mengaji dan menyanyi pada saat kami berada di luar jam sekolah, sedangkan di sekolah pelajarannya tetap sama seperti pada umumnya yang mempelejari bahasa Indonesia, matematika dan pelajaran lainnya.
Sedangkan kalau kita berbicara tentang Al-Qur’an yang dipakai teman-teman netra itu berbeda dengan Al-Qur’an pada umumnya, pasalnya Al-Qur’an itu terbentuk dari titik-titik di atas kertas dalam bentuk Hijaiyah, itu adalah hal paling mendasar yang diajarkan sebelum lebih jauh belajar tentang Al-Qur’an.
“Saya belajar membaca Al-Qur’an dari 2017 yang lalu, saya tidak ingat pasti kapan saya sudah mulai mahir membaca tapi seiring berjalannya waktu Alhamdulillah kemampuan saya semakin baik dalam membaca Al-Qur’an.”
Lebih lanjut Afifah menjelaskan perbedaan melantunkan ayat suci Al-Qur’an dengan menyanyi.
“Menyanyi dengan melantunkan ayat suci Al-Qur’an itu Perbedaannya tentu sangat jauh berbeda, kalau menyanyi nadanya biasanya lebih monoton, contoh seperti nada di bait pertama ke bait kedua itu sama terus contohnya reff pertama dan reff kedua itu nadanya tetap sama, jadi ini alasan saya mengatakan menyanyi itu nadanya lebih monoton.”
Ini adalah pengalaman lomba pertama saya dalam hal bidang tartil, karena lomba ini melantunkan ayat-ayatnya Allah, tentunya nada-nada yang digunakan harus indah karena nada adalah salah satu aspek penilaian paling penting di perlombaan kemarin, sebenarnya hampir-hampir mirip dengan lomba menyanyi dan lomba tartil, tapi yang membedakan satu menyanyi dan satu membaca dan sama-sama menggunakan nada tapi yang membedakan satu nadanya untuk membaca Al-Qur’an itu harus lebih indah, jelas Afifah.
“Saya berharap untuk generasi muda dalam hal mempelajari ilmu agama, kalimat bismillahirrahmanirrahim harus lebih ditingkatkan, saya teringat dengan tema perlombaan kemarin internalisasi nilai-nilai Al-Qur’an bagi generasi bangsa menuju Indonesia emas apa maksudnya generasi-generasi muda harus bisa memahami apa kandungan ayat di dalam Al-Qur’an bukan hanya sekadar membaca saja, karena insya Allah bangsa kita generasi muda akan terbentuk dari nilai-nilai Al-Qur’an yang dipahami.
Ditempat terpisah, Subu B. selaku Sekretaris Yayasan Pembinaan Tunanetra Indonesia sekaligus kepala sekolah SLB-A YAPTI sangat mengapresiasi siswa-siswinya yang sudah mengharumkan nama YAPTI, kami bersyukur karena lingkungan YAPTI diciptakan oleh Allah SWT sebagai wadah para Disabilitas Netra untuk berprestasi, itu karena guru-guru dan para senior yang saling mendukung satu sama lain.
“Saya berharap bagi siswa-siswi yang sudah berprestasi kita jangan terlena dan jangan euphoria dengan prestasi yang dicapai karena kalau kita euphoria dan terlena bisa saja kita tidak latihan lagi,” jelasnya.
Ada beberapa tips agar kita selalu semangat latihan diantaranya: jangan merasa puas karena manusia itu dituntut untuk tidak boleh merasa puas, dan jadikanlah prestasi itu sebagai modal hidup, di masa yang akan datang, sambungnya. (*)