Oleh: Ika Rini Puspita (Penikmat Literasi)
Alhamdulillah. Acara pernikahan Putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep dengan Erina Sofia Gudono berlangsung mewah dan sukses pada Jumat (10/12/2022) yang berlangsung di Solo, Jawa Tengah dan Royal Ambarrukmo, Sleman.
Dikutip dari Kompas.com, Kamis (8/12/2022), tasyakuran atau resepsi pernikahan Kaesang-Erina berlangsung di Puro Mangkunegaran, Solo pada hari ini, Minggu (11/12/2022). Undangan resepsi pernikahan Kaesang-Erina dibagi lima sesi dimulai pada pagi hingga malam hari. Luar biasa pernikahan terkeren anak pejabat ini, yang patut di apresiasi. Bahkan, 5 Menteri Jokowi Sibuk’ Urus Pernikahan Kaesang-Erina. Mantap betul pernikahan ini! (Tribunnews.com, 6/12/22).
Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera atau PKS, Mardani Ali Sera mengatakan sebagai menteri tak jadi soal ketika membantu presiden. “Bantuin bos boleh saja,” kata Mardani saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (6/12/2022).
Namun, Mardani menegaskan akan menjadi pertanyaan publik bila waktu dan perhatian para menteri terfokus ke acara tersebut. Adapun sejumlah menteri di kabinet Indonesia Maju tampak sibuk mengurusi pernikahan putra Presiden Jokowi tersebut. Mereka, yakni Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menteri Investasi Bahlil Lahadiala.
Hal menarik dari pernikahan presiden adalah jumlah personel pengamanan 11.800 orang. Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa berkeliling mengecek personel di lapangan. (Kompas.id,08/12/22). Sungguh angka yang pantastis, tapi ini wajar toh pernikahan anak presiden, tidak apalah menyenangkan hati tuan.
Namun, pernikahan mewah di tengah penderitaan rakyat korban gempa, stunting tinggi, PHK di mana-mana dan lain-lain terjadi di negeri ini rasanya tidak sepatutnya terjadi dan aneh, apalagi ketika melibatkan berbagai fasilitas negara.
Faktanya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 3.350 kejadian bencana alam telah melanda berbagai wilayah di Indonesia selama tahun 2022 per 12 Desember. Bencana alam didominasi peristiwa banjir. Fakta yang cukup biaya gigit jari menjelang akhir tahun 2022, badai pemutusan hubungan kerja atau PHK massal ini pun sempat menarik perhatian publik. Sederet startup dalam negeri ikut mengalami masa sulit dalam operasionalnya. Misalnya Shopee hingga LinkAja ikut terseret badai PHK karyawan (Tempo.co, 13/12/22).
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mengungkapkan peningkatan angka pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga September 2022. Peningkatan ini tercatat sejak Maret 2022. Dilansir detikFinance, Kemnaker mencatat lonjakan signifikan angka PHK sempat terjadi pada puncak pandemi Corona hingga menembus angka 9.000 kasus. Namun lajunya ditekan hingga 1.210 kasus pada Maret 2022. Lantas angka kasus PHK kembali meningkat hingga September 2022 sebanyak 218 kasus. Apa kabar angka PHK baru-baru ini?
Rasa pilu yang di derita rakyat dari berbagai sisi, setidaknya bisa menghentakkan nurani kita. Pemimpin seyogianya mampu mewujudkan keadilan dan kesejahteraan untuk rakyatnya dalam artian pelayanan rakyat/mengayomi, bukan justru di ayomi. Pilu rakyat, artinya pilu pemimpin setidaknya begitu. Namun, jika pemimpin layaknya bawahan ke rakyatnya tentu ini semua tidak akan terwujud. Ok pernikahan mewah ini mungkin uang anda, atau ada yang bergumam pak Presiden juga butuh bahagia, sewot sekali jadi rakyat apa-apa di kritisi! Simpati ke rakyat mungkin tidak ada yang salah, atau para Menteri marilah serius mengurus rakyat. Jangan cuman mentingin isi kantong dkk.
Sebab, kepemimpinan adalah amanah. Kepemimpinan—dalam konteks bernegara—adalah amanah untuk mengurus rakyat. Rasulullah saw. bersabda: Imam (pemimpin) itu pengurus rakyat dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus (HR al-Bukhari dan Ahmad).
Jika kita mengingat sejarah sangat jauh berbeda dengan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang bahkan mematikan lampu minyak hanya karena yang dibicarakan putranya adalah urusan pribadi. Dikisahkan bahwa suatu ketika, pemimpin Muslimin ini harus menyelesaikan tugas di ruang kerjanya hingga larut malam. Tiba-tiba, putranya mengetuk pintu ruangan dan meminta izin masuk. Umar pun mempersilakannya untuk mendekat.
“Ada apa putraku datang ke sini?” tanya Umar, “Apa untuk urusan keluarga kita atau negara?” Urusan keluarga, Ayah,” jawab sang anak. Kontan saja Umar bin Abdul Aziz meniup lampu penerang di atas mejanya, sehingga seisi ruangan gelap gulita.
“Mengapa Ayah melakukan ini?” tanya putranya itu keheranan. “Anakku, lampu itu ayah pakai untuk bekerja sebagai pejabat negara. Minta untuk menghidupkan lampu itu dibeli dengan uang negara, sedangkan engkau datang ke sini akan membahas urusan keluarga kita,” ujarnya. Dia lantas memanggil pembantu pribadinya untuk mengambil lampu dari luar dan menyalakannya. Sekarang, lampu yang kepunyaan keluarga kita telah dinyalakan.
“Minyak untuk menyalakannya dibeli dari uang kita sendiri. Silakan lanjutkan maksud kedatanganmu,”. Demikianlah, sosok-sosok terbaik dalam sejarah Islam mencontohkan sikap wara’ para elite pemimpin, penegakkan hukum tanpa tebang pilih dan demokratis, hingga pelaksanaan hukuman yang keras di depan publik, merupakan beberapa jalan yang dapat ditempuh. Sangat jauh berbeda dengan sekarang. Fasilitas demi fasilitas sangat enteng digunakan dengan dalih ini hak saya sebagai kepala. Bukankah begitu? Wallahu a’lam.