Perenungan Sebagai Refleksi Gerakan Kader IMM

ByMuhsin 92

Mar 15, 2022
Bagikan :
  • (Sebuah Catatan Kecil Milad IMM Ke-58 Tahun)

Oleh : Muh. Awaluddin Faturrachman (Kader IMM PIKOM FKIP Unismuh Makassar)

kananews.net – Pada tanggal 14 Maret 2022 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah atau disingkat IMM kembali merayakan hari kelahirannya yang ke-58 tahun. Rasanya di momentum Milad IMM yang ke-58 tahun ini tidak etis jika kita terlalu senang dalam menyambutnya begitu saja, namun lebih dari itu kita harus melakukan perenungan kembali dalam merefleksikan diri sepanjang berada di lingkaran ‘Merah Maroon’.

Sejak lahirnya IMM pada 14 Maret 1964 dengan kondisi problematika bangsa yang begitu amburadul hingga sampai hari ini masih tetap kokoh berdiri tegak dalam melahirkan peradaban yang berkemajuan baik di kancah Nasional maupun Internasional. Maka tidak heran jika Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menjadi salah satu otonom Muhammadiyah yang bergerak di dunia kampus, dijadikan sisiran wadah pengembangan potensi bagi kaum intelektual muda.

Triologi IMM

Selaku kader harapan umat dan bangsa, olehnya mampu bermuhasabah diri sejauh apa yang telah ia berikan terhadap IMM dan Muhammadiyah terkhususnya dan Masyarakat pada umumnya. Sehingga tujuan “Mengusahakan terbentuknya Akademisi Islam yang Berakhlak Mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah” dapat teraktualisasi dengan sebaik-baiknya.

Kehadiran trilogi IMM saat Muktamarnya yang pertama di Kota Barat-Solo pada tanggal 5 Mei 1965 bukan hanya dijadikan slogan tertulis begitu saja, tetapi merupakan pondasi gerakan yang mesti terawat dan ditumbuhkan oleh kita selaku kader.  Rosyad Sholeh dalam buku Geneologi Kaum Merah (2014:24) mengatakan “Sebab yang membedakan IMM dengan organisasi lainnya karena ia merupakan gerakan mahasiswa Islam yang berprinsip, kepribadian dan gerakannya berlandaskan gerakan persyarikatan Muhammadiyah.” Maka pemahaman trilogi (religiusitas, intelektualitas, dan humanitas) menjadi kebutuhan sistemik dalam tubuh ikatan. Karena hal semacam itu bukan saja mengatur tentang nilai dan prinsip perjuangan dalam organisasi, tetapi juga mengatur wujud personal profil seorang kader.

Religiusitas, di dalam salah satu enam penegasan IMM ialah “IMM adalah gerakan mahasiswa Islam.”  Abdul Karam Soroush mengatakan “Religiusitas adalah pemahaman manusia tentang agama, sebagaimana sains adalah pemahaman mereka tentang alam” (Makhrus Ahmadi dan Aminuddin Anwar, 2014:184). Maka setiap kader wajib memupuk sebanyak mungkin serta menjaga nilai-nilai keislaman baik akhlak dan moral. Seluruh gerakannya merupakan jalur yang sesuai dengan koridor tujuan IMM dan Muhammadiyah.

Intelektualitas,  Abdul Halim Sani yang mengagas tentang Manifesto Intelektual Profetik IMM memberikan penjelasan “intelektual lebih pada cendekiawan, yang artinya bahwa pada dasarnya cendekiawan merupakan pekerja budaya yang selalu berusaha agar kebudayaan berkembang menjadi sesuatu yang lebih beradab berdasarkan tuntutan zaman berdasarkan nilai-nilai Ilahiah.”(M. Abdul Halim Sani, 2011:42). Sekalipun rata-rata orang-orang IMM berada pada jenjang pendidikan formal yang tinggi, tetapi persoalan intelektualitas di dalam ikatan masih sangat minim terjaga karena kurangnya kesadaran berpikir kritis dan menggerakkan semua unsur komponen ikatan menjadi sebuah gerakan khas. “Intelektualitas” bukan hanya sebatas kata, namun sejauh mana roh serta peran dan manfaatnya dalam tubuh ikatan, tidak hanya dalam jangka pendek melainkan jangka panjangnya.

Sedangkan Humanitas, merupakan konsep keterlibatan setiap kader dalam masyarakat.  Fajar Riza Ul Haq mengatakan “sebagaimana umumnya kader ikatan bahwa humanitas merupakan identitas yang hanya bergerak pada persoalan masyarakat” (Makhrus Ahmadi dan Aminuddin Anwar, 2014:209). Maka keberadaan kader dapat terlihat dengan sendirinya melalui gerakan sosial yang dilahirkan. Sehingga kepekaan diri dalam melaksanakan pemenuhan tuntutan sosial harus selalu aktif dalam ikatan.

IMM Perubahan

Beberapa penjelasan diatas merupakan hasil perenungan selaku kader ikatan, agar senantiasa dapat bergerak dalam perkembangan zaman yang begitu pesat. Sehingga tema Milad IMM ke-57 Tahun yang lalu “Membumikan gagasan, membangun peradaban” dapat teraktualisasikan melalui trilogi ikatan yang kita jaga selama ini. Agar kedepannya tidak hanya sebagai teriakan mantra saja. Sebab gerakan IMM saat ini masih berada pada posisi ambigu dalam menentuhkan arahnya akan kemana. Olehnya kembali pada kesadaran selaku kader akan mau dibawa kemana IMM tersebut berlayar.

Masih banyaknya persoalan menjadikan ikatan bersikap skeptis. Perubahan sosial dan tuntutan bangsa akan terus datang mengguyur. Maka selaku kader harus siap menerima tantangan tersebut dengan membawa peradaban yang otentik. Karena sejarah IMM menuju satu abad ini bukanlah sebatas hafalan dan ingatan dalam setiap tubuh seorang kader. Seharusnya kita mampu terus menjaganya dengan memulai hal-hal sederhana di tingkatan komisariat ataupun tingkatan cabang.

Penguatan Ideologi sangat perlu di masifkan oleh setiap pimpinan komisariat dan cabang. Sehingga kader tidak hanya dibentuk sebanyak mungkin, tetapi sebesar apa gerakannya dalam menjaga nilai-nilai yang menjadi kultur ikatan. Kesadaran kecil seperti membaca buku, berdiskusi, kajian serta berbagai kegiatan keilmuan yang perlu ditingkatkan lagi.. Minimnya hal tersebut menjadikan wadah yang kita cintai seakan ‘berjalan di tempat’. Hal ini menjadi cambukan untuk aku, kamu dan kita semua selaku seorang kader yang menjadi harapan tokoh penggerak dari titipan pendahulu di dalam ikatan. Sehingga nafas visi dan misi IMM menjadi jauh lebih hidup dan nyata, serta tidak hanya berakhir dalam bentuk wacana pemikiran semata. Maka, hal fundamental berdasarkan filosofis gerakan seperti yang pernah dicontohkan oleh KH. Ahmad Dahlan dengan teologi AlMaun haruslah menjadi paling mendasar untuk dipahami, dipikirkan dan digerakkan.

Harapan saya kedepannya ialah; semoga kehadiran IMM sebagai wadah kaum intelektual dapat mampu terus bersinar dan bersaing terhadap peradaban bangsa. Perbedaan zaman dengan pendahulu bukanlah kelemahan untuk kita agar terus bergerak membawa perubahan nyata. Mari sama-sama menjaga dan merawat ikatan ini untuk tetap terus berjalan. Perlu kesadaran kolektif dimasifkan dan ditingkatkan lebih baik dalam menumbuhkan gerakan-gerakan sederhana pada ikatan ataupun masyarakat. Terimakasih sudah menjadi wadah bagi saya untuk terus mengembangkan potensi diri dan selamat Milad ikatanku yang ke-58 Tahun.

Daftar Pustaka

Makhrus Ahmadi & Aminuddin Anwar. 2014. Geneologi Kaum Merah.

Yogyakarta: Rangkang Education & MIM Indigenous School

Sani, M. Abdul Halim. 2011. Manifesto Gerakan Intelektual Profetik IMM. Yogyakarta: Samudra Biru 

By Muhsin 92

Muhsin 92, jurnalis kananews.net