kananews.net – Allah SWT berfirman:
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antara kamu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fussilat [41]: 34).
Al-Qur’an menyarankan setiap kejahatan yang menimpa kita disikapi dengan cara yang baik. Sebab kejahatan ibarat kobaran api yang menyala, ketika kobaran api disiram air maka ia akan padam dan menjadi dingin.
Seperti itu pulalah keadaan seseorang yang menyakiti orang lain, ketika amarah ataupun kejahatannya disikapi dengan cara yang bijak dan menenangkan, maka emosinya akan meredam. Bahkan bisa saja orang yang dulunya jahat dapat menjadi baik karena luluh dengan pembalasan yang baik.
Teladan ini telah dicontohkan sendiri oleh Rasulullah ketika beliau setiap kali melintas di depan rumah seorang wanita tua. Nabi Muhammad SAW selalu diludahi oleh si pemilik rumah tersebut. Saat menerima perlakuan tak pantas itu, tidak pernah beliau mengeluarkan kata-kata kasar, apalagi memaki. Yang dilakukannya hanya tersenyum, lalu kembali berjalan.
Hal itu terus menerus diterima beliau hingga wanita tua itu jatuh sakit. Namun bukan pembalasan yang dilakukan oleh Rasulullah, melainkan beliau justru menjenguk. Betapa herannya wanita itu, ia pun menangis dan masuk Islam. Sebab hal yang tidak ia duga sebelumnya justru terjadi (Ridwan Abdullah Sani, 2016).
Kisah ini membuktikan sejahat-jahatnya seseorang, ketika disikapi dengan kebaikan maka hati orang tersebut akan luluh dengan sendirinya.
Sebuah ungkapan bijak mengatakan: “Jadilah seperti pohon besar yang berbuah lebat; ketika dilempari dengan batu, ia membalasnya dengan buah”.
Ungkapan ini sejatinya dapat menjadi renungan bagi setiap orang yang mendapat kezaliman dari orang lain. Balas dendam terbaik bukan dengan menyakiti kembali orang itu, namun bagaimana dapat membesarkan hati untuk berbuat lebih baik dari apa yang orang lain lakukan, walaupun pastinya hal ini tidak mudah dilakukan.
Wallahu a’lam bissawab. Mari istiqomah beribadah. (*)
(U_IBE’ LAPATONGAI).