Rasisme

ByTS80

Feb 13, 2022
Bagikan :

kananews.net – Beberapa hari yang lalu di sebuah kota Amerika, Charlottesville, Virginia terjadi kekerasan bahkan merenggut nyawa manusia. Kekerasan yang fatal itu dipicu oleh pandangan rasisme sekelompok warga putih Amerika yang menamakan diri sebagai “White nationalists”. Secara kelompok mereka seringkali diidentik dengan “white supremacy” atau KKK dan juga Neo Nazists. Peristiwa itu menjadikan isu lain tentang Donald Trump tenggelam seolah tak pernah eksis. Isu paling besar selama ini adalah isu keterlibatan Rusia dalam memenangkan Donald Trump pada pemilu presiden Amerika lalu.

Presiden Trump sendiri dalam beberapa hari setelah peristiwa itu diam seribu bahasa. Seolah tidak ada apa-apa walau semua pihak, termasuk media dan para politisi ribut membahasnya. Setelah mendapat desakan kuat barulah Donald Trump memberikan pernyataan mengutuk kejadian itu, termasuk menyebut pihak-pihak yang dianggap paling berganggung jawab. Hanya saja Donald Trump mengomentari dengan komentar yang tidak masuk akal. Mengutuk KKK dan New Nazist. Tapi juga menyalahkan pihak yang menentang esksistensi dan prilaku  mereka. Pernyataan Donald Trump ini semakin memperkeruh suasana dan perdebatan yang ada, baik di kalangan para politisi maupun media, bahkan masyarakat luas.

Peristiwa rasisme di Amerika ini, walau bukan sesuatu yang baru, adalah salah satu bentuk paradoks kehidupan yang nyata. Di zaman dan di negara di mana equalitas diakui sebagai nilai yang membanggakan (proud value) tapi juga masih terjangkiti penyakit rasisme yang kronis. Rasisme ini tidak saja menjangkiti banyak orang sebagai individu. Tapi saya khawatir justeru memang masih terjadi rasisme sistim. Di mana daerah-daerah dengan penduduk mayoritas ras tertentu sangat maju. Tapi daerah-daerah yang sebaliknya dari ras lain sangat terbelakang. Saya tidak perlu memberikan contoh-contoh nyata lagi di tulisan ini.

By TS80