A woman sitting alone and depressed. The depression woman sit on the floor, abuse and people concept
Oleh : Saima (Mahasiswa UIN Alauddin Makassar)
kananews.net -Opini–Saat ini kita hidup dalam dunia yang bergerak cepat ke arah ketidakwarasan sehingga orang-orang yang waras akhirnya diangap tidak waras hanya karena mereka minoritas, yang halal diharamkan sementara haram dihalalkan. Seperti yang kita tahu bahwa hidup adalah pilihan maka segala sesuatu yang terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi adalah hasil daripada pilihan kita, karena hidup ini sebentar dan hanya sekali lantas pilihan apa yang telah kita pilih? Ketika memilih pacaran maka kita akan dinilai dengan pilihan itu, termasuk menanggung konsekuensi buruknya.
Berbicara mengenai kasus Novia Widyasari (23) yang menenggak racun karena sang kekasih, Bripda Randy Bagus yang memaksa melakukan aborsi. Kasus yang menimpa Novia ini termasuk dalam kategori kekerasan dalam berpacaran atau dating violence.
“Kasus yang menimpa almarhumah ini adalah bentuk dating violence atau kekerasan dalam berpacaran, di mana kebanyakan korban, setiap bentuk kekerasan adalah pelanggaran HAM,”
kata Bintang dalam keterangan pers tertulisnya. (Siapa ini Bintang?) Seperti yang kita tahu Novia adalah seorang mahasiswa, dia termasuk satu orang yang menginginkan kehidupan bahagia dan sukses. Namun, realitas kehidupan di zaman post modernisme ini menunjukkan bahwa kebanyakan dari kita gagal mewujudkan impian, disebabkan kegersangan spiritual dan ketidakadilan.
Adapun bunuh diri yang dilakukan Novia Widyasari merupakan puncak dari depresi akibat kekerasan di masa pacaran, sayangnya kasus ini tidak cukup dikawal dengan penangkapan pacar korban, sepatutnya ini mendorong perbaikan tata pergaulan dan menghapus beragam nilai liberal karena jangan sampai kasus ini malah memperkuat dukungan terhadap Permendikbud dan RUU PKS yang liberal. Sebab solusi liberal akan melahirkan lebih banyak masalah baru.
Saat ini muslim menjadi kaum pesakitan di tengah-tengah konstelasi dunia, di negeri kita saja, kaum muslim menjadi mayoritas yang terminorkan dalam segala segi baik secara ekonomi, politik, hukum, budaya maupun pendidikan dan kesehatan.
Undang-undang kita juga telah diamandemen berkali-kali, ini menjadi bukti bahwa apa yang dianggap manusia pada hari ini baik dapat berubah buruk pada saat berikutnya, demikian pula sebaliknya. Standar manusia tentang baik dan buruk memang selalu berubah. Selain itu, semua aturan hari ini bersifat nisbi dan relatif, tergantung penafsiran orang yang memerlukan.
Oleh karena itu, syariah adalah solusi masalah manusia hari ini, Islam mengatur standar dan tolak ukur pada setiap perbuatan manusia. Ini pula Allah perintahkan secara tidak langsung di dalam al-Qur’an, namun sayangnya sekarang kita melihat hak Allah untuk menentukan baik dan buruknya sudah digantikan oleh manusia dengan sistem demokrasi. Jadi wajar saja kalau fakta yang kita lihat saat ini sangat jauh dari Islam.
Adapun islam memiliki prinsip-prinsip dalam sistem pergaulan, seperti menjaga interaksi antara laki-laki dan perempuan, pengaturan pemisahan antara laki-laki dan perempuan, tidak diperbolehkannya berdua-duaan dengan lawan jenis, tidak diperbolehkannya seorang perempuan melakukan perjalanan sendirian lebih dari sehari-semalam tanpa mahram, dan masih banyak lagi aturan lainnya.
Berbicara tentang peraturan sistem Islam yang sudah sangat jelas dan terperinci, sistem Islam telah mengatur sesuai dengan porsi masing-masing. Batasan-batasan antara laki-laki dan perempuan diatur dengan jelas dan terperinci.
Islam melarang pacaran dengan tegas dalam surat Al-Isra’ ayat 32:
“Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. Islam mengajarkan umatnya untuk meneladani sifat Rasulullah Muhammad Shallallahu’Alaihi Wasallam.
Salah satu sifat yang patut kita teladani adalah bersikap adil. Adil ialah mampu menempatkan segala sesuatu tepat pada tempatnya. Allah juga telah menyerukan tentang menjadi adil dalam firman-Nya, “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nisa: 135).

Sudah saatnya kita mengambil peraturan hidup yang berasal dari Allah dan penerapan hukum sesuai dengan hukum-hukum syara’ yang berlandasan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kemudian siapkan pondasi yang kuat untuk melawan kezaliman, menerapkan sistem Islam di bawah naungan Khilafah serta bangkit dan bersatu demi kebaikan kita semua.
Wallahu’allam… (M.E.S/2022)